Dapatkan update dari kami di newsfeed anda

Ebook: TRUE AWAKENING - Bangun Dalam Kehidupan

Apakah selama ini anda merasa telah memegang kendali atas kehidupan anda? Atau sebaliknya malah kehidupan anda yang memegang kendali atas diri anda?

Jika anda merasa bahwa anda dikendalikan oleh nasib, oleh orang-orang yang berkuasa, oleh masyarakat dan sebagainya, maka ketahuilah bahwa semua itu hanya alasan yang anda buat sendiri

Satu-satunya penyebab sesungguhnya anda tidak memegang kendali atas kehidupan anda, adalah karena anda belum benar-benar bangun.

Mulailah proses awakening dan ambillah kendali atas kehidupan anda sendiri.

True Awakening - Bangun Dalam Kehidupan
DAFTAR ISI
  1. KATA PENGANTAR
  2. APA YANG DIMAKSUD SEBAGAI AWAKENING
  3. BERBAGAI TEORI TENTANG REALITA DAN KEBERADAAN
  4. KEBERADAAN INI SATU ATAU BANYAK, REALITA ATAU BUKAN, SAMA SAJA
  5. BERMIMPI SELAGI BANGUN ATAU SADAR SELAGI TIDUR?
  6. BAGAIMANA MENENTUKAN POTENSI PRIORITAS
  7. MEMULAI TRUE AWAKENING UNTUK POTENSI PERTAMA
  8. BERBAGAI HAMBATAN YANG BIASA DIHADAPI DALAM PROSES TRUE AWAKENING
  9. MENGELOLA PERSELISIHAN DENGAN YANG MASIH SEPENUHNYA BERMIMPI ATAU TIDUR
  10. MENGELOLA PERSAINGAN DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI
  11. MENJAGA DIRI TETAP AWAKENED
  12. MENINGKATKAN KE TAHAP AWAKENING BERIKUTNYA

CONTOH ISI BUKU:

KATA PENGANTAR

Konteks bahasan “True Awakening” di buku ini bukanlah “spiritual” dan bukan hanya sebatas teori seputar keyakinan, melainkan benar-benar menyadari bahwa kehidupan yang kita anggap nyata ini sebenarnya adalah sama seperti mimpi. Akan tetapi terbangun dari kehidupan nyata tentu saja bukan sesuatu yang bisa terjadi secara seutuhnya dalam satu kejadian. Kemelekatan kesadaran kita pada lingkungan yang kita anggap sebagai kenyataan ini sedemikian kuatnya, sehingga kita hanya bisa bangun setahap demi setahap, mengakumulasikan kesadaran demi kesadaran sampai cukup sadar untuk bangun dari tahap berikutnya.

Apa manfaatnya bisa bangun dalam kehidupan? Setiap orang akan menemukan manfaat yang berbeda, tergantung dari potensi masing-masing. Untuk saya sendiri, karena latar belakang saya adalah programmer komputer, saya memandang mimpi sebagai sebuah program, dan oleh karenanya hidup ini juga adalah program. Pertama kalinya saya benar-benar menyadari bahwa hidup ini adalah program, saya merasa bahwa saya seharusnya mampu meningkatkan kapasitas energi saya sendiri, secara langsung dan instan. Ini ibarat seperti orang yang menambah ukuran kolam renangnya dengan cara memompakan air dari kolam itu kembali ke dalam kolam itu. Hal seperti itu hanya bisa berhasil dilakukan dalam mimpi atau dalam sebuah program komputer, benar? Nah, saya berhasil melakukannya, tidak hanya sekali namun berkali-kali. Tahap selanjutnya, saya menyadari bahwa, dalam sebuah program, seharusnya kebutuhan input dan output dapat diatur. Sejak saat itu, saya bisa mengatur sendiri kapan saya mau merasa lapar, kapan tidak. Kalau saya sengaja tidak mau merasa lapar, maka saya bisa beraktifitas normal berhari-hari tanpa makan, walaupun secara emosional hal itu menyebalkan, karena bagi saya makan adalah salah satu hiburan dalam hidup.

Untuk orang lain, salah satu teman saya adalah seorang desainer digital. Ia berhasil menyadarkan dirinya bahwa dalam mimpi, seharusnya seseorang bisa tetap beraktifitas tanpa mengantuk dan tanpa perlu minum kopi ataupun supplemen lainnya. Setelah menyesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya memperbaiki diri, dia bisa aktif 20 jam sehari tanpa mengantuk dan tanpa perlu caffeine atau lainnya, sehingga performa kerjanya meningkat 30 persen. Seorang teman lagi berhasil menghilangkan begitu saja ketakutannya akan tempat gelap dan sepi, sehingga dia jadi bisa bekerja lembur dan pulangnya juga tidak perlu lagi berputar-putar menghindari jalur-jalur yang menurutnya gelap dan sepi. Di tahap berikutnya ia juga berhasil menghilangkan kesulitannya belajar matematika yang selama bertahun-tahun selalu menjadi hambatannya untuk dapat meningkatkan posisinya di pabrik tempat dia bekerja, sehingga dalam satu tahun setelah itu, dia naik jabatan 2 kali.

Apakah setiap orang akan berhasil membangunkan diri dalam kehidupan ini? Tentu saja tidak. Mereka yang sudah merasa sangat nyaman dengan kondisi yang dijalani, kemungkinan besar tidak akan menginginkan perubahan apapun. Jika anda pernah menonton film Matrix, mampu atau tidaknya anda membangunkan diri, tergantung dari pilihan anda, kapsul merah atau kapsul biru?



Jakarta,

Maret 2019
Irwan Effendi
The Human Programmer

BERMIMPI SELAGI BANGUN ATAU SADAR SELAGI TIDUR?

Bermimpi selagi bangun adalah kondisi dimana seseorang terlihat sedang beraktifitas dalam realita universal, akan tetapi kesadarannya berada pada realita yang diciptakan sendiri olehnya. Kondisi seperti ini paling sering kita deskripsikan untuk orang yang sedang mabuk, terkena efek narkotika, atau yang mengalami gangguan kejiwaan.

Akan tetapi sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali orang yang mengalami kondisi itu dan dinilai baik-baik saja oleh semua orang. Contohnya seorang dokter spesialis bedah yang mahir dalam pekerjaannya, akan tetapi merasa tersiksa melakukannya. Bagi semua orang lain, ia adalah seorang yang sukses, dokter yang hebat dan berprestasi. Bagi dirinya sendiri, ia adalah seorang yang malang, yang terpaksa melakukan sesuatu yang tidak dia sukai, hari demi hari. Ia dalam kondisi bangun, namun sedang bermimpi buruk dan tidak berani atau tidak tahu caranya untuk keluar dari mimpi tersebut.

Contoh lain adalah seorang yang menjadi penyair jalanan. Bagi semua orang lain, ia hanyalah seorang pengangguran yang berorasi di tepi jalan atau bis kota, dengan penghasilan yang sangat minim, bahkan lebih sedikit daripada pengamen, apalagi jika dibandingkan dengan pengemis. Bagi dirinya sendiri, ia adalah seorang pejuang seni yang bebas dan menjalani hidupnya dengan penuh kesenangan. Ia tidak tahu atau tidak bersedia mengakui bahwa dia sedang bermimpi. Contoh lain yang cukup lazim adalah para ahli kebatinan yang merasa dirinya sangat hebat, namun kenyataannya kehebatannya hanya ada dalam batinnya.

Jadi intinya, ketika seseorang merasa menjalani suatu realita yang berbeda dengan yang diakui secara universal, maka ia sedang bermimpi, walau mungkin secara faktual ia sebenarnya dalam kondisi bangun. Kebanyakan orang yang mengalami hal ini terjebak dalam mimpinya sendiri, akan tetapi sebagian orang yang merasa amat puas dengan mimpinya akan berusaha untuk mengajak orang-orang lain untuk bermimpi bersama dengannya. Inilah dasar terbentuknya berbagai sekte yang memiliki realita yang berbeda dari realita universal. Para anggotanya adalah orang-orang yang bermimpi bersama, walau mereka semua dalam kondisi bangun. Satu-satunya penyebab mereka dianggap tidak wajar adalah karena jumlah mereka tidak cukup banyak. Realita universal itu intinya adalah realita yang diakui oleh mayoritas, jadi jika seseorang dapat membuat mayoritas bermimpi yang sama dengannya, ia tidak lagi bermimpi. Seorang kepala negara hanyalah seseorang yang mimpinya diakui oleh mayoritas rakyatnya. Ini berbeda dengan seorang pendaki gunung yang harus membuktikan diri dengan cara mendaki gunung, kecuali ia menemukan cara agar gunung-gunung dapat mengakui impiannya berada di puncak mereka kapanpun ia mau.

Kemudian ada pula orang-orang yang bagi sekelilingnya terlihat minim keaktifannya, atau bahkan terlihat sedang tidur, namun bagi dirinya sendiri sebenarnya sadar bahwa dia sedang tertidur, tapi tidak melakukan apa-apa untuk bangun. Situasi seperti ini paling sering ditemukan pada orang yang mengalami trauma psikologis akibat suatu kegagalan atau pengurangan kekuasaan yang drastis (post power syndrome). Mereka sehari-hari hanya menghabiskan waktu dengan tidur atau melakukan hal-hal yang tidak produktif. Orang yang mengalaminya biasanya sangat sadar bahwa ia sedang membiarkan hari-harinya berlalu begitu saja dan secara perlahan merusak kesehatannya serta kehidupannya secara keseluruhan. Akan tetapi walau dia sangat sadar, dia tidak melakukan apapun untuk bangun. Situasi seperti ini juga dapat ditemukan pada orang-orang yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan kemampuannya dan hasilnya juga tidak seberapa, tapi dia tidak berusaha mencari pekerjaan lain karena berbagai faktor.

Jadi intinya ketika seseorang menjalani realita universal, tetapi dia sadar bahwa yang dia jalani itu sebenarnya tidak sesuai untuk dirinya, dia disebut sebagai sadar selagi tidur. Kondisi inilah yang biasanya membuat orang-orang tidak merasa bahagia dalam hidupnya. Repotnya, mayoritas orang yang mengalami ini tidak melakukan tindakan apapun untuk mengubah kondisinya. Jika anda menanyakan pada orang yang mengalami kondisi ini, mengapa ia tidak mau bangun dan mengubah keadaan, ia akan memberikan berbagai alasan, mulai dari lingkungan, tradisi, agama, dan lainnya. Bahkan jika anda memberikan solusi yang seharusnya bisa dilakukan, ia akan memilih untuk tetap tidur, dibandingkan dengan menerima solusi yang anda tawarkan. Sama seperti orang yang bermimpi selagi sadar bisa mengajak orang lain untuk ikut bermimpi bersamanya, orang yang sadar selagi tidur juga dapat menularkan tidurnya pada orang lain. Dengan terus menerus mengeluh tentang ketidakberdayaannya, ia dapat membuat orang lain merasa sama tidak berdaya seperti dirinya. Inilah sebabnya seringkali ditemukan sekelompok orang yang semuanya sadar bahwa mereka sedang menyia-nyiakan hidup, akan tetapi tidak melakukan apapun untuk mengubah keadaan.

Hal yang paling mengejutkan adalah bahwa 9 dari 10 manusia, setelah beranjak dewasa, akan masuk dalam salah satu dari dua kondisi, yakni bermimpi selagi bangun atau sadar selagi tidur. Sebagai akibatnya, mereka tidak pernah menyadari potensi yang mereka miliki dan membiarkan hidup mereka berlalu begitu saja tanpa benar-benar menjalaninya dengan sepenuhnya. Apakah menurut anda, anda termasuk salah satunya? Jika ya, apakah sekarang anda ingin menyadari potensi anda dan mengembangkannya? Untuk dapat menyadari potensi dan mengembangkannya, harus diawali dengan menentukan prioritas.

Ingin tahu selengkapnya? Tambahkan ebook ini ke daftar pustaka digital anda, dengan prosedur berikut:


Membeli via playstore


atau

Mentransfer uang senilai

Rp.90.000,-

ke salah satu rekening dibawah ini:
  • BCA 4411152451
  • BRI 321701016592536
  • BNI 0603650422
  • Danamon 003642661841
  • Jenius (BTPN) 90011153847
  • Mandiri 0060010001950
  • Gopay 08129592695
  • Ovo 08129592695
  • Dana 08129592695
  • Paypal hero_tsai@mainsyscon.net
Semua rekening atas nama Irwan Effendi

Setelah transfer (harap angkanya sesuai dengan yang anda baca diatas), konfirmasikan ke Penulis, Irwan Effendi, via WhatsApp . Setelah kami verifikasi, anda akan menerima balasan berupa file ebook tersebut.

TENTANG PENULIS

Lahir di Padang, 28 Desember 1973. Pernah kuliah jurusan Electronic Electrical Engineering di Sacramento, California, USA. dan saat ini sedang kuliah secara daring jurusan Health Science di University of The People

Berwiraswasta sebagai Konsultan I.T. freelance sejak tahun 1997.
Serius memasuki bidang Bioenergi sejak tahun 2007 sebagai bidang LitBang di yayasan Waskita Reiki
Menjadi pelatih Clairvoyance sejak tahun 2010
Menjadi pelatih pembangkitan Kundalini sejak tahun 2011
Menjadi Ka.Bid. LitBang Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia sejak tahun 2011
Membuka praktek terapi dan melatih spesialisasi Chiropractic / Orthopedic berbasis Bioenergi sejak tahun 2014
Merintis usaha di bidang Bioenergi sejak tahun 2016 dengan nama Bioenergy Solution Center ( https://bioscent.biz/id ).
Dijuluki “The Human Programmer” karena berbagai penemuannya tentang cara memprogram ulang software manusia.
Hingga saat riwayat singkat ini ditulis, masih menjadi satu-satunya manusia yang telah berhasil menyelesaikan evolusi Kundalini sampai fase 32 dengan usaha sendiri.

Lihat ebook lainnya